2

            Kalau kita lihat cerita dari drama jepang atau korea, kita akan lihat betapa cerita yang disajikan begitu dalam. Kita sendiri bahkan tidak sadar, betapa bagusnya cerita yang ditampilkan dalam drama tersebut. Jika kita lihat, sinetron di Indonesia sebenarnya bisa dibilang juga sebagai drama, hanya saja kita menyebutnya dengan sinetron. Tapi apa yang membuat sinetron di Indonesia hanya populer di kalangan ibu-ibu? Mengapa remaja Indonesia tidak banyak yang menyukai sinetron Indonsia? Apakah dari segi cerita, ataukah dari pemeran yang memainkannya? Jika ada pertanyaan seperti itu, saya sendiri pun tidak bisa menjawabnya. Menurut saya, cerita yang bagus bisa membuat orang tertarik untuk menontonnya, walaupun pemeran yang memainkannya tidak terlalu bagus. Tetapi ada juga yang menyukai pemerannya, walupun ceritanya tidak terlalu bagus.
            Dari pengamatan saya pribadi, cerita yang menarik dan bagus lebih penting dibandingkan dengan pemeran yang bagus. Karena dengan cerita yang bagus dan menarik, maka orang akan tertarik untuk menonton kelanjutannya. Namun jika cerita dan pemainnya bagus, maka itu akan jauh lebih baik. Tapi selain itu juga, adalah pesan yang disampaikan di cerita tersebut. Salah satu yang membuat sinetron kurang disukai adalah, karena kurangnya pesan yang disampaikan dalam ceritanya. Hampir semua sinetron yang ditayangkan di Indonesia hanya sekedar memberikan cerita yang cukup menarik. Tapi menarik saja menurut saya tidak cukup. Lihat saja yang menonton sinetron, kebanyakan adalah ibu-ibu. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena cerita yang ditayangkan memang berisi konten yang tidak pas untuk ditonton oleh remaja.
            Kalian sendiri pasti kadang sering untuk sekedar melihat atau menonton sinetron. Tapi pasti kalian akan cepat sekali bosan dengan sinetron. Mengapa demikian? Karena cerita yang ditampilkan di sinetron hanyalah soal percintaan, dan konflik. Memang sebuah konflik itu perlu dalam sebuah cerita, tapi yang saya lihat dalam sinetron adalah konflik yang tidak pernah berakhir di setiap episodenya. Menurut saya, hal itulah yang membuat sinetron di Indonesia tidak menarik untuk sebagian orang, apalagi bagi remaja.
            Banyak remaja Indonesia lebih suka dengan drama dari Korea atau Jepang. Mungkin saat ini mereka lebih menyukai drama dari Korea, karena memang saat ini Indonesia sedang terkena Korean wave, atau yang lebih kita kenal dengan K-Pop. Tapi bukan itu yang ingin saya sampaikan, yang ingin saya sampaikan adalah, mengapa drama atau sinetron di Indonesia kurang di gandrungi oleh remaja? Disini saya sebenarnya bukan ingin membuat remaja-remaja di Indonesia untuk menyukai sinetron, tapi disini saya lebih kepada ingin mengetahui “kenapa” dan “mengapa”, kurang disukai. Karena sinetron juga adalah salah satu bentuk perfilman yang ada di Indonesia, dan saya juga sebenarnya ingin ada sinetron yang menarik bagi semua kalangan, bukan hanya dikalangan ibu-ibu saja.
            Kalau kita melihat drama Jepang atau Korea, kadang kita selalu melihat hal yang mungkin lebay juga. Tokoh protagonisnya selalu dari orang biasa, lalu menjadi orang yang terkenal. Hal seperti ini sering kita jumpai di Film Televisi (FTV), tapi tidak jarang juga kita lihat di Sinetron. Lalu kenapa kebanyakan dari kita tidak tertarik akan hal itu, malah kita lebih tertarik dengan yang dari Jepang atau Korea, padahal dari cerita jelas-jelas sama. Hal itu mungkin karena cerita yang disajikan kurang greget. Dari pengamatan saya, cerita yang ditampilkan di Indonesia tidak menyampaikan bagaimana caranya untuk menggapai itu. Di FTV hanya diceritakan sekedarnya saja, sedangkan di Sinetron, kebanyakan tokoh protagonisnya wanita, dan menjadi orang besar karena menikahi pria kaya, ada juga yang kebalikannya.
            Jika kita menonton drama Jepang atau Korea, kita pasti akan melihat proses yang benar-benar sang tokoh protagonis dalam menggapai impiannya. Cerita cinta bisa dibilang hanya sebagai bumbu tambahan saja. Tapi bandingkan dengan cerita di sinetron, cerita cinta benar-benar ditampilkan disana. Selalu cerita cinta yang diperbanyak. Jika ada sinetron yang hanya sedikit menampilkan cerita cinta, pasti sinetron tersebut tidak populer dan tidak memiliki episode yang banyak, bahkan mungkin bisa berhenti di pertengahan cerita.
            Selain cerita yang kurang disukai, jumlah episode jugalah yang membuat sinetron kurang disukai. Jumlah episode yang banyak membuat orang menjadi bosan menontonnya. Dari segitu banyaknya episode, konflik yang adalah si tokoh antagonis ingin merebut kembali pasangan sang protagonis atau ingin mnegambil harta dari si protagonis. Bandingkan dengan Drama Korea dan Jepang, mereka hanya menampilkan sedikit episode saja, tapi memiliki cerita yang sangat padat. Selain dilihat dari jumlah episode, kita juga bisa lihat dari durasinya. Jika kalian pernah download drama Jepang dsiaran Korea yang memiliki durasi sekitar 23-25 menit, maka drama tersebut akan disiarkan di TV selama 30 menit. Berarti ada waktu sekitar 5-7 menit yang dijadikan iklan. Namun jika di Indonesia, satu episode sinetron bisa mencapai sampai dua jam, dan itu diselingi iklan yang berdurasi sekitar 5-10 menit, dan iklan tersebut bisa sampai 5 kali! iklan di Indonesia bisa sampai 25-50 menit.
            Pertanyaan yang selalu muncul di pikiran saya adalah, mengapa hal itu bisa terjadi?  Kenapa para penulis cerita di Indonesia tidak bisa menulis cerita selain cerita cinta? Kita lihat saja pengarang novel sang pemimpi, dia begitu menjadi terkenal dengan karyanya, bahkan karyanya sampai diterjemahkan ke beberapa bahasa. Hal tersebut karena cerita yang disajikan adalah bukan cerita cinta. Jika ada novel yang bercerita tentang cinta, hanya pembaca wanita sajalah yang membacanya, dan itu pun tidak banyak.
            Sepertinya para penulis di Indonesia perlu meniru cerita dari drama Jepang dan Korea. Bukan hanya sekedar menampilkan cerita cinta saja, tapi juga harus menampilkan sesuatu yang dapat memotivasi dan membuat orang tertarik untuk menyaksikannya.

             Mungkin yang saya sampaikan hanyalah kritikannya saja, dan saya juga belum tentu dapat membuat cerita yang seperti itu. Tapi saya menuliskan hal ini karena saya begitu tertarik untuk mennyampaikan pendapat saya akan hal ini. Disini saya hanya menyampaikan apa yang saya inginkan. Yang penting saya tidak menghina orang lain.
            Menurut Kalian, apa yang membuat Sinetron di Indonesia begitu kurang disukai?


Post a Comment

  1. Blog yang bagus... semoga terus berkembang... Saya ingin berbagi wawancara dengan Akira Kurosawa (imajiner) di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/04/wawancara-dengan-akira.html

    ReplyDelete

 
Top