Kalau kita
lihat cerita dari drama jepang atau korea, kita akan lihat betapa cerita yang
disajikan begitu dalam. Kita sendiri bahkan tidak sadar, betapa bagusnya cerita
yang ditampilkan dalam drama tersebut. Jika kita lihat, sinetron di Indonesia
sebenarnya bisa dibilang juga sebagai drama, hanya saja kita
menyebutnya dengan sinetron. Tapi apa yang membuat sinetron di Indonesia hanya
populer di kalangan ibu-ibu? Mengapa remaja Indonesia tidak banyak yang
menyukai sinetron Indonsia? Apakah dari segi cerita, ataukah dari pemeran yang
memainkannya? Jika ada pertanyaan seperti itu, saya sendiri pun tidak bisa
menjawabnya. Menurut saya, cerita yang bagus bisa membuat orang tertarik untuk
menontonnya, walaupun pemeran yang memainkannya tidak terlalu bagus. Tetapi ada
juga yang menyukai pemerannya, walupun ceritanya tidak terlalu bagus.
Dari
pengamatan saya pribadi, cerita yang menarik dan bagus lebih penting
dibandingkan dengan pemeran yang bagus. Karena dengan cerita yang bagus dan
menarik, maka orang akan tertarik untuk menonton kelanjutannya. Namun jika cerita dan pemainnya bagus, maka itu akan jauh lebih baik. Tapi selain itu
juga, adalah pesan yang disampaikan di cerita tersebut. Salah satu yang membuat
sinetron kurang disukai adalah, karena kurangnya pesan yang disampaikan dalam
ceritanya. Hampir semua sinetron yang ditayangkan di Indonesia hanya sekedar
memberikan cerita yang cukup menarik. Tapi menarik saja menurut saya tidak
cukup. Lihat saja yang menonton sinetron, kebanyakan adalah ibu-ibu. Mengapa
hal tersebut bisa terjadi? Karena cerita yang ditayangkan memang berisi konten
yang tidak pas untuk ditonton oleh remaja.
Kalian
sendiri pasti kadang sering untuk sekedar melihat atau menonton sinetron. Tapi pasti
kalian akan cepat sekali bosan dengan sinetron. Mengapa demikian? Karena cerita
yang ditampilkan di sinetron hanyalah soal percintaan, dan konflik. Memang
sebuah konflik itu perlu dalam sebuah cerita, tapi yang saya lihat dalam
sinetron adalah konflik yang tidak pernah berakhir di setiap episodenya. Menurut
saya, hal itulah yang membuat sinetron di Indonesia tidak menarik untuk
sebagian orang, apalagi bagi remaja.
Banyak
remaja Indonesia lebih suka dengan drama dari Korea atau Jepang. Mungkin saat
ini mereka lebih menyukai drama dari Korea, karena memang saat ini Indonesia
sedang terkena Korean wave, atau yang lebih kita kenal dengan K-Pop. Tapi bukan
itu yang ingin saya sampaikan, yang ingin saya sampaikan adalah, mengapa drama
atau sinetron di Indonesia kurang di gandrungi oleh remaja? Disini saya sebenarnya
bukan ingin membuat remaja-remaja di Indonesia untuk menyukai sinetron, tapi
disini saya lebih kepada ingin mengetahui “kenapa” dan “mengapa”, kurang
disukai. Karena sinetron juga adalah salah satu bentuk perfilman yang ada di
Indonesia, dan saya juga sebenarnya ingin ada sinetron yang menarik bagi semua
kalangan, bukan hanya dikalangan ibu-ibu saja.
Kalau kita
melihat drama Jepang atau Korea, kadang kita selalu melihat hal yang mungkin
lebay juga. Tokoh protagonisnya selalu dari orang biasa, lalu menjadi orang
yang terkenal. Hal seperti ini sering kita jumpai di Film Televisi (FTV), tapi
tidak jarang juga kita lihat di Sinetron. Lalu kenapa kebanyakan dari kita
tidak tertarik akan hal itu, malah kita lebih tertarik dengan yang dari Jepang
atau Korea, padahal dari cerita jelas-jelas sama. Hal itu mungkin karena cerita
yang disajikan kurang greget. Dari pengamatan saya, cerita yang ditampilkan di
Indonesia tidak menyampaikan bagaimana caranya untuk menggapai itu. Di FTV
hanya diceritakan sekedarnya saja, sedangkan di Sinetron, kebanyakan tokoh
protagonisnya wanita, dan menjadi orang besar karena menikahi pria kaya, ada
juga yang kebalikannya.
Jika kita
menonton drama Jepang atau Korea, kita pasti akan melihat proses yang
benar-benar sang tokoh protagonis dalam menggapai impiannya. Cerita cinta bisa
dibilang hanya sebagai bumbu tambahan saja. Tapi bandingkan dengan cerita di
sinetron, cerita cinta benar-benar ditampilkan disana. Selalu cerita cinta yang
diperbanyak. Jika ada sinetron yang hanya sedikit
menampilkan cerita cinta, pasti sinetron tersebut tidak populer dan tidak
memiliki episode yang banyak, bahkan mungkin bisa berhenti di pertengahan cerita.
Selain
cerita yang kurang disukai, jumlah episode jugalah yang membuat sinetron kurang
disukai. Jumlah episode yang banyak membuat orang menjadi bosan menontonnya. Dari
segitu banyaknya episode, konflik yang adalah si tokoh antagonis ingin merebut
kembali pasangan sang protagonis atau ingin mnegambil harta dari si protagonis. Bandingkan dengan Drama Korea dan Jepang, mereka hanya menampilkan sedikit episode saja, tapi memiliki cerita yang sangat padat. Selain dilihat dari jumlah episode, kita juga bisa lihat dari durasinya. Jika kalian pernah download drama Jepang dsiaran Korea yang memiliki durasi sekitar 23-25 menit, maka drama tersebut akan disiarkan di TV selama 30 menit. Berarti ada waktu sekitar 5-7 menit yang dijadikan iklan. Namun jika di Indonesia, satu episode sinetron bisa mencapai sampai dua jam, dan itu diselingi iklan yang berdurasi sekitar 5-10 menit, dan iklan tersebut bisa sampai 5 kali! iklan di Indonesia bisa sampai 25-50 menit.
Pertanyaan
yang selalu muncul di pikiran saya adalah, mengapa hal itu bisa terjadi? Kenapa para penulis cerita di Indonesia tidak
bisa menulis cerita selain cerita cinta? Kita lihat saja pengarang novel sang
pemimpi, dia begitu menjadi terkenal dengan karyanya, bahkan karyanya sampai
diterjemahkan ke beberapa bahasa. Hal tersebut karena cerita yang disajikan
adalah bukan cerita cinta. Jika ada novel yang bercerita tentang cinta, hanya
pembaca wanita sajalah yang membacanya, dan itu pun tidak banyak.
Sepertinya
para penulis di Indonesia perlu meniru cerita dari drama Jepang dan Korea. Bukan
hanya sekedar menampilkan cerita cinta saja, tapi juga harus menampilkan
sesuatu yang dapat memotivasi dan membuat orang tertarik untuk menyaksikannya.
Mungkin yang saya sampaikan hanyalah
kritikannya saja, dan saya juga belum tentu dapat membuat cerita yang seperti
itu. Tapi saya menuliskan hal ini karena saya begitu tertarik untuk
mennyampaikan pendapat saya akan hal ini. Disini saya hanya menyampaikan apa
yang saya inginkan. Yang penting saya tidak menghina orang lain.
Menurut Kalian, apa yang membuat Sinetron di Indonesia begitu kurang disukai?
Blog yang bagus... semoga terus berkembang... Saya ingin berbagi wawancara dengan Akira Kurosawa (imajiner) di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/04/wawancara-dengan-akira.html
ReplyDeletepaling suka korea dan jepang
ReplyDeleteharga excavator komatsu baru 2018